Minggu, 14 November 2010

Dampak Psikologis Korban Bencana Alam

Nasib korban bencana alam memang sangat memperihatinkan selain kehilangan harta benda, tidak jarang pula mereka harus merelakan sanak saudara dan orang-orang yang mereka cintai menjadi korban dan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya, tidak pernah terbayang dalam pikiran saya bagaimana rasanya menjadi korban bencana, kehilangan harta benda, bahkan sampai ditinggal orang-orang terkasih, tidak sampai disitu para korban pun harus mengungsi dari lokasi sekitar bencana karena tak jarang tempat tinggal mereka hancur akibat dahsyatnya bencana alam. Pengungsian yang pada didasarnya bukan tempat mereka tinggal menjadi tempat para korban berkumpul dengan para korban yang lain.

Dampak yang paling sangat mungkin terjadi adalah gangguan kejiwaan mereka, ini sangat mungkin terjadi karena para korban yang mengungsi terus memikirkan apa yang harus mereka lakukan agar kehidupan mereka kembali menjadi normal kembali seperti semula, akan tetapi mereka hanya dapat memikirkan hal tersebut, kejadian seperti inilah yang terjadi pada korban bencana yang belakangan baru terjadi, korban banjir bandang di wasior, gampa bumi dan tsunami di mentawai serta korban letusan gunung merapi di jogyakarta. Seperti korban meletusnya gunung merapi di jogya, mereka yang tinggal di pengungsian tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, karena mereka diharuskan berada di pengungsian yang radiusnya lebih dari 20 Km dari gunung merapi sampai waktu yang belum ditentukan, ini membuat para pengungsi hanya bisa melakukan aktifitas kecil dipengungsian yang membuat mereka jenuh karena tidak banyak yang banyak mereka lakukan. selain kehilangan harta benda dan sanak saudara, mereka juga harus menanggung beban kehilangan mata pencaharian, karena sebagian para orban merapi adalah petani yang lahannya juga terkena dampapk abu vulkanik dan menambah beban yang mereka rasakan.

Disaat seperti ini peranan pemerintah sangatlah dibutuhkan, selain mengirim para relawan untuk membantu mengevakuasi korban dan untuk membantu mendistribusikan segala macam bantuan, ada baiknya juga mengirimkan relawan yang dapat “menghibur” para pengungsi dan relawan yang bisa membakitkan semangat mereka agar tidak terus-menerus memikirkan beban yang mereka tanggung, sehingga dapat meminimalisir depresi para korban dipengungsian paling tidak sampai mereka benar-benar bisa beraktifitas seperti biasanya, terutama untuk korban yang masih dibawah umur. Mereka harus lebih diperhatikan agar mereka bisa kembali ke sekolah mereka dan tidak lagi larut dalam kesedihan akibat menjadi korban bencana, karena mereka adalah masa depan bangsa yang sangat besar ini.

Semoga para sanak saudaraku yang menjadi korban di wasior, mentawai dan merapi bisa lebih sabar menghadapi cobaan ini dan bisa melakukan aktifitas seperti sedia kala. Amin…

Tidak ada komentar: